Selasa, 05 Januari 2010

BAB V


PENYUNTINGAN KARYA KEILMUAN

 

Penulis karya keilmuan pada umumnya menyadari bahwa karyanya akan dibaca oleh orang lain. Karena itu, penulis biasanya berhati-hati dalam menggunakan ejaan, memilih kata, menyusun kalimat, merangkai antarkalimat, dan sebagainya. Keberhati-hatian itu dimaksudkan agar gagasannya dapat dipahami dengan sebaik-baiknya oleh orang lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kesalahan penggunaan bahasa sebagai media pengungkapan gagasan tetap terjadi sekalipun penulis sudah berhati-hati. Itulah latar belakang pentingnya penyuntingan karya keilmuan. Penyuntingan karya keilmuan mencakup tiga aspek, yaitu isi, bahasa, dan teknis. Ketiga aspek tersebut diuraikan sebagai berikut.  

 

5.1 Penyuntingan Isi

Penyuntingan isi merupakan kegiatan pembenahan kesalahan isi karya keilmuan. Dalam penyuntingan ini penulis menambahkan gagasan penting yang belum ditulis, menghapus gagasan yang tidak perlu ditulis, dan mengganti gagasan yang kurang tepat agar tidak membingungkan atau membuat pembaca bertanya-tanya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penyuntingan isi di antaranya adalah perumusan konsep dan penjelasan; penggunaan contoh, ilustrasi, gambar, dan tabel; penulisan istilah teknis dan rumus; dan penggunaan rujukan. Agar kesalahan dalam hal-hal tersebut dapat ditemukan dan dibenahi, penulis harus membaca secara cermat keseluruhan karya keilmuannya. Jika perlu, penulis berdiskusi dengan teman sejawat, berkonsultasi dengan pakar pada bidang yang ditulisnya, dan berkoordinasi dengan penyunting yang berkompeten. Menulis sekali jadi dan tanpa dibaca ulang  harus dihindari. Berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan isi.

 

(1) Matahari dikelilingi oleh sembilan planet dan yang terjauh adalah planet Pluto.

(2) Penelitian ini berjenis kualitatif karena datanya bukan angka-angka.

(3) Santun atau tidaknya suatu tuturan ditentukan oleh mengancam muka (harga diri) atau tidaknya tuturan itu (Leech, 1996:38).

(4) Secara sederhana, dengan menggunakan rumus v = t/s, kecepatan seseorang yang menempuh jarak 45 km dalam waktu 60 menit dapat dihitung dengan mudah.

 

(5) Sebagai lembaga ekonomi yang mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong-royong, bank perkreditan rakyat harus dikelola secara profesional agar tidak tertinggal oleh kemajuan lembaga ekonomi yang lain.

 

            Dari segi isi, kalimat tersebut bermasalah. Kalimat pertama bermasalah karena baru-baru ini ditemukan planet ke-10 dalam galaksi Bima Sakti, yaitu planet 2003 UB313 yang dari Matahari berjarak 14,5 miliar km atau tiga kali jarak Matahari—Pluto atau 97 kali jarak Matahari—Bumi. Kalimat kedua bermasalah karena kualitatif dan kuantitatif bukan jenis penelitian, melainkan pendekatan penelitian. Di samping itu, diperlukan penjelasan yang lebih rinci karena penggunaan pendekatan kualitatif tidak hanya ditentukan oleh jenis data yang bukan angka-angka. Kalimat ketiga bermasalah karena pendapat tersebut tidak dinyatakan oleh Leech, tetapi oleh Brown dan Levinson dalam bukunya yang terbit pada tahun 1989 halaman 176. Kalimat keempat bermasalah karena rumus kecepatan bukan v = t/s, melainkan s/t (v adalah kecepatan, s adalah jarak tempuh, dan t adalah waktu tempuh). Kalimat kelima bermasalah karena lembaga ekonomi yang mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong-royong bukan bank perkreditan rakyat, melainkan koperasi. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kalimat (1), (2), (3), (4), dan (5) dapat dibenahi sebagai berikut.

 

(6) Matahari dikelilingi oleh sepuluh planet dan yang terjauh adalah planet 2003 UB313.

 

(7) Penelitian ini berpendekatan kualitatif karena datanya bukan angka-angka, analisisnya bersifat induktif, berlatar alamiah, dan peneliti bertindak sebagai instrumen kunci.

 

(8) Santun atau tidaknya suatu tuturan ditentukan oleh mengancam muka (harga diri) atau tidaknya tuturan itu (Brown dan Levinson, 1989:176).

 

(9) Secara sederhana, dengan menggunakan rumus v = s/t, kecepatan seseorang yang menempuh jarak 45 km dalam waktu 60 menit dapat dihitung dengan mudah.

 

(10) Sebagai lembaga ekonomi yang mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong-royong, koperasi harus dikelola secara profesional agar tidak tertinggal oleh kemajuan lembaga ekonomi yang lain.

 

 

5.2 Penyuntingan Bahasa

Seperti halnya isi, bahasa karya keilmuan juga perlu penyuntingan. Penyuntingan itu dilakukan agar bahasa yang digunakan dalam karya keilmuan mempunyai kualitas yang baik. Bahasa yang baik tidak berarti bahasa yang penuh hiasan atau berbunga-bunga (Keraf, 2004:340—341). Bahasa yang baik adalah bahasa yang memenuhi delapan persyaratan berikut. Pertama, tidak mengandung kesalahan penulisan huruf. Kedua, tidak mengandung kesalahan penulisan ejaan. Ketiga, tidak mengandung kesalahan pemilihan kata. Keempat, tidak mengandung kesalahan tata kata (morfologi) dan tata kalimat (sintaksis). Kelima, hubungan antarkata, antarfrase, dan antarkalimatnya baik. Keenam, tidak mengandung kata yang tidak perlu. Ketujuh, logis. Kedelapan, tidak bersifat subjektif. Kedelapan, tidak bermakna ganda. Persyaratan-persyaratan tersebut penting untuk dijadikan pedoman agar karya ilmiah yang dihasilkan dapat dipahami dengan tepat. Berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan bahasa.

 

(11) Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melaui sistem pembelajaran yang lebih menekankan atau mensejajarkan antara teori dan praktek, serta banyak memberikan pengalaman lapangan kepada mahasiswa; menciptakan suasana belajar yang demokratis dan tenang; dan suasana kelas yang estetis dan menyenangkan.

 

(12) Unesa sebagai perguruan tinggi yang senantiasa tetap mengembangkan Ipteks dan bidang pendidikan selalu berupaya memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional, khususnya pengembangan sumber daya manusia.

 

(13) Sebagai bentuk nyata adalah dalam pengembangan program tetap mengacu pada visi, misi, dan tujuan yang dicanangkan dalam Renstra 2002—2007.

 

(14) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Unesa tahun 2004 disusun merupakan perujudan pertanggung jawaban hasil rencana kinerja tahunan institusi pemerintah (PTN) terhadap publik dan para stakeholders.

 

(15) Rencana Stratejik yang digunakan dalam dalam LAKIP ini mengacuh pada 7 program isu nasional yaitu RAISE ++ (Relevance, Academic atmosphere,Internal management, Sustainability, Efficiency and productivity, leadership, access and equity) yang dijabarkan dalam 19 kebijakan Rektor, kemudian diukur kinerjanya.

 

            Kalimat (11) bermasalah karena mengandung kesalahan penulisan kata melaui  dan praktek yang seharusnya melalui dan praktik, kesalahan pembentukan kata mensejajarkan yang seharusnya menyejajarkan, dan kesalahan penempatan kata banyak yang seharusnya sesudah kata memberikan. Kalimat (12) bermasalah karena subjek dan predikat dipisahkan oleh keterangan yang membuat predikat tidak dapat menjelaskan subjek secara langsung. Hal itu menyebabkan hubungan antarbagian kalimat, khususnya subjek dan predikat, tidak baik. Kesalahan yang lain terdapat pada (1) penggunaan kata senantiasa, tetap, dan selalu yang tidak perlu dan (2) penggunaan huruf kapital pada kata Ipteks. Kalimat (13) bermasalah karena (1) tidak mengandung subjek dan (2) menggunakan kata dalam dan tetap yang tidak perlu. Kalimat (14) bermasalah karena mengandung kesalahan (1) pemilihan kata merupakan dan perujudan yang seharusnya sebagai dan perwujudan, (2) penulisan kata pertanggung jawaban yang seharusnya pertanggungjawaban, (3) penggunaan kata para yang tidak perlu, dan (4) penulisan kata stakeholders yang seharusnya bercetak miring. Kalimat (15) bermasalah karena mengandung kesalahan (1) penulisan kata stratejik yang seharusnya strategis, (2) penggunaan dua kata dalam secara berurutan, (3) penulisan kata mengacuh yang seharusnya mengacu, (4) penggunaan kata pada yang tidak perlu, (5) penulisan angka 7 yang seharusnya tujuh, dan (6) penggunaan kata kemudian yang seharusnya yang akan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kalimat (11), (12), (13), (14), dan (15)  dapat dibenahi sebagai berikut.

 

(16) Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melalui sistem pembelajaran yang lebih menekankan atau menyejajarkan antara teori dan praktik, serta memberikan banyak pengalaman lapangan kepada mahasiswa; menciptakan suasana belajar yang demokratis dan tenang; dan suasana kelas yang estetis dan menyenangkan.

 

(17) Sebagai perguruan tinggi yang mengembangkan ipteks dan bidang pendidikan, Unesa berupaya memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional, khususnya pengembangan sumber daya manusia.

 

(18) Bentuk nyatanya adalah pengembangan program mengacu pada visi, misi, dan tujuan yang dicanangkan dalam Renstra 2002—2007.

 

(19) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Unesa tahun 2004 disusun sebagai perwujudan pertanggungjawaban hasil rencana kinerja tahunan institusi pemerintah (PTN) terhadap publik dan stakeholders.

 

(20) Rencana Strategis yang digunakan dalam LAKIP ini mengacu tujuh program isu nasional yaitu RAISE ++ (Relevance, Academic atmosphere,Internal management, Sustainability, Efficiency and productivity, leadership, access and equity) yang dijabarkan dalam 19 kebijakan Rektor yang akan diukur kinerjanya.

 

Dalam kaitannya dengan penyuntingan bahasa, penulisan ejaan perlu mendapat perhatian khusus karena di samping frekuensi penggunaannya tinggi, tingkat kesalahannya dalam penulisan karya keilmuan juga tinggi. Aspek-aspek ejaan yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan adalah (1) pemenggalan kata, (2) pemakaian tanda baca, khususnya tanda koma (,), tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik dua (:), tanda titik koma (;), tanda petik (“...”), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda garis miring (/), dan tanda petik tunggal (‘...’), (3) penggunaan  huruf kapital dan huruf miring, (4) penggunaan singkatan dan akronim, (5) penulisan kata, khususnya kata ulang dan kata gabung yang berafiks, dan (6) penulisan angka.

 

5.3 Penyuntingan Teknis

Penyuntingan teknis merupakan kegiatan terakhir yang harus dilakukan oleh penulis karya keilmuan. Penyuntingan teknis dilakukan untuk mengetahui sudah sesuai atau tidaknya karya keilmuan yang telah ditulis dengan aspek-aspek teknis. Jika karya keilmuannya berupa makalah, aspek-aspek teknis yang perlu dicermati di antaranya adalah (1) ketepatan format, (2) kelengkapan subjudul, (3) kelengkapan identitas penulis, (4) ukuran kertas dan pias, (5) jenis dan ukuran huruf, (6) model sampul, dan (7) penomoran halaman. Jika karya keilmuannya berupa skripsi, perlu diperhatikan aspek-aspek teknis yang berlaku menurut gaya selingkung lembaga yang bersangkutan. Begitu juga halnya jika karya keilmuannya berupa artikel jurnal, laporan penelitian, dan laporan observasi.

 

Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar:

Posting Komentar